Kamis, 14 Januari 2016

firstpost

Akan ku mulai ketika seorang anak kecil berumur 3 tahun menangis sesegukan...
"Kenapa,dek?" Dia menjerit ketika ku tanyakan itu. Dan melanjutkan isakan tangis yang luar biasa kerasnya. Sekali lagi ku tanyakan ia sembari ku mendekatinya "aaaaa" hanya itu yang kudengar dari anak kecil itu. Langkahku terhenti dan memutar arah menjauhinya..
Dimana ibunya ketika anaknya menagis seperti itu? Pikir ku dalam hati yang tak tega melihatnya. Kutinggalkan ia sendiri agar tangisnya reda..

Berapa menit ketika ku lanjutkan belajarku, kutak lagi mendengar suara anak itu. Tiba saja kulihat ia sudah berada dalam gendongan temanku yang sekarang menghampiriku. Diserahkannya anak itu kepadaku, ku gendong anak itu seperti ku mengendong adik kecilku yang tak ada. Kurasakan isakan yang masih menyesakkan dadanya. "Cupcup.. jangan nagis agi, nanti di marahin mama" nasihatku kepadanya yang kali ini ia dengarkan. "La.. cali ma mah.." senggalnya dengan isakan yang mulai kecil.

Kucoba mencari mamanya dan temanku menyegahku "jangan! Ibunya kelihat marah tadi. Nanti anak itu di marahin lagi" ceplos temanku, aku menyetujui itu. Lalu kucoba tuk menidurinya dalam gendonganku yang tak seenak gendongan mamanya...

Setiap dekapanku, kurasakan desakan nafasnya yang tak beraturan. Hingga mamanya datang menghampiriku dengan wajah tak sabarnya. Sebenarnya tak ingin ku lepaskan anak itu,dan memberitahu ibu itu bahwa sakit sekali menjadi anak ini. Kutak tahu apa yang sebenarnya terjadi, namun ku yakin anak ini selalu mencari mamanya walaupun mamanya lah yang memarahinya.

Karena semarah-marahnya mama pasti ada pelajaran yang ia berikan pada anaknya melalui kemarahannya.